Menghidupkan NU di ‘Tanah Gersang’: Filosofi ‘Jagong’ Satukan Ribuan WNI di Pingtung

Bagikan ke

Pingtung, Taiwan – Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Taiwan Ranting Pingtung sukses menggelar peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-2 melalui acara bertajuk “Jagong Harlah”. Acara ini dilaksanakan di Taman Qianxi, Kota Pingtung, pada hari Ahad, 14 Desember 2025.

Acara yang dipadati lebih dari 2.500 Warga Negara Indonesia (WNI) ini tercatat sebagai pengajian akbar dengan jumlah jemaah terbanyak di wilayah selatan Taiwan sepanjang tahun 2025. Peserta yang hadir meliputi Pekerja Migran Indonesia (PMI), mahasiswa, serta beberapa warga lokal Taiwan.

Jagong Harlah kali ini menjadi istimewa dengan kehadiran sejumlah ulama dan tokoh penting, termasuk Lora Ismail Al-Kholili, KH Ahmad Musyafa Asady, dan penceramah muda populer Gus Azmi. Kehadiran mereka semakin menegaskan peran PCINU dalam memberikan bimbingan spiritual bagi diaspora di Taiwan.

Muri, Ketua Tanfidziyah PCINU Pingtung, menyoroti kuatnya solidaritas diaspora yang terlihat dalam acara tersebut.

“Kehadiran 2.500 lebih warga Indonesia dalam Jagong Harlah ini merupakan bukti bahwa solidaritas diaspora masih sangat kuat dan patut dirawat,” ujar Muri dalam sambutannya.

Muri menjelaskan bahwa “Jagong” memiliki makna filosofis kebersamaan NU, yaitu duduk bersama, saling mendengarkan, menguatkan, dan saling menghidupkan. Ia berharap PCINU Pingtung dapat terus bergerak, berdampak, dan bermanfaat bagi agama dan sesama, membuktikan bahwa NU dapat tumbuh hangat bahkan di lokasi yang secara geografis “gersang” seperti Pingtung.

Senada dengan Muri, Muhammad Ghofur, Tanfidziyah PCINU Taiwan, menegaskan bahwa Jagong Harlah merupakan simbol kuatnya NU di tengah keberagaman, sekaligus menjadi tombak persatuan di kalangan diaspora.

“Semoga bertambahnya usia, PCINU Pingtung semakin solid untuk berorganisasi, semakin aktif dalam berdakwah dan penguatan sosial budaya Islam Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdhiyah,” tegas Muhammad Ghofur.

Ia menekankan bahwa keberadaan PCINU di Taiwan bukan hanya sekadar organisasi keagamaan, melainkan pusat pembinaan bagi warga negara Indonesia di perantauan.

“Kami berharap keberadaan NU di Taiwan terus menjadi rumah besar yang meneduhkan, menyatukan, dan menguatkan para diaspora. Fokus kami adalah menjaga akidah, persaudaraan (ukhuwah), dan nilai-nilai kebangsaan di Taiwan,” tutupnya.

Jagong Harlah ke-2 ini turut dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan seni dan budaya. Acara diisi oleh penampilan grup rebana dari berbagai wilayah seperti Kaohsiung dan Tainan, serta atraksi dari Fatayat, Muslimat, dan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Selain itu, bazar yang menyajikan makanan tradisional khas Indonesia juga turut menambah suasana kekeluargaan layaknya di Tanah Air.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *