Taipei – Dalam rangka mempererat persaudaraan lintas iman serta memperkuat kerja sama antar komunitas spiritual di Taiwan, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Taiwan mengadakan kunjungan silaturahmi ke Komunitas Maitreya di Hsinchu. Kunjungan ini merupakan bagian dari agenda diplomasi budaya dan spiritual yang berangkat dari nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, sebagaimana diajarkan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Kehadiran kami disambut dengan hangat dan penuh kekeluargaan oleh para pemuka Komunitas Maitreya, yaitu Pandita Luo, Pandita Hu, dan Bapak Erwan, yang sejak lama dikenal sebagai tokoh-tokoh yang konsisten menyuarakan nilai kasih sayang, keharmonisan, dan persaudaraan antarumat manusia. Semangat Satu Dunia, Satu Keluarga yang diusung oleh komunitas ini sangat sejalan dengan semangat Ukhuwah Insaniyah yang diperjuangkan oleh Gus Dur.

Merawat Warisan Pemikiran Gus Dur
Kunjungan ini bukan sekadar pertemuan antar dua kelompok keagamaan, tetapi merupakan bentuk nyata dari penghargaan kami terhadap warisan pemikiran Gus Dur yang begitu relevan di tengah konteks masyarakat global saat ini. Gus Dur telah meletakkan dasar-dasar penting dalam membangun relasi antarumat beragama dengan pendekatan yang inklusif, humanis, dan egaliter.
Salah satu kutipan Gus Dur yang menjadi inspirasi kami dalam kunjungan ini adalah:
“Agama tidak perlu dibela, yang perlu dibela adalah kemanusiaan.”
Pernyataan tersebut mencerminkan pandangan beliau bahwa kemanusiaan adalah nilai tertinggi dalam beragama. Agama hadir bukan untuk menciptakan sekat-sekat identitas, melainkan untuk menerangi jalan menuju kasih sayang, keadilan, dan perdamaian. Dalam konteks inilah, kami melihat Komunitas Maitreya sebagai sahabat spiritual yang sejalan dalam memperjuangkan nilai-nilai tersebut.

Taiwan: Rumah Bersama yang Multikultural
Sebagai warga diaspora Indonesia yang hidup dan berkarya di Taiwan, kami menyadari betapa pentingnya merawat harmoni sosial dalam masyarakat yang plural. Taiwan bukan hanya tempat kerja, melainkan rumah bersama bagi ribuan warga lintas negara, budaya, dan agama.
Di tengah tantangan global seperti krisis kemanusiaan, disinformasi, dan intoleransi, kita semua dituntut untuk menjadi agen perdamaian. Kerja sama lintas iman seperti yang terwujud dalam kunjungan ini adalah langkah penting dalam memperkuat modal sosial masyarakat Taiwan yang selama ini dikenal terbuka dan damai.
Kami percaya bahwa memperkuat jembatan komunikasi antar komunitas bukanlah hal yang opsional, melainkan keharusan moral di zaman ini. Jika setiap komunitas, tanpa memandang latar belakang, bersedia duduk bersama, berdialog, dan membangun kerja sama, maka dunia akan menjadi tempat yang lebih baik dan damai untuk semua.

Mendorong Kerja Sama Nyata: Sosial, Budaya, dan Pendidikan
Kami berharap kunjungan ini dapat menjadi awal dari kolaborasi yang lebih konkret dan berkelanjutan antara PCINU Taiwan dan Komunitas Maitreya. Ke depan, kami membuka diri untuk bekerja sama dalam:
- Kegiatan sosial bersama, seperti penggalangan bantuan untuk korban bencana atau bakti sosial.
- Dialog antar iman yang rutin, agar semakin banyak generasi muda yang terinspirasi oleh nilai-nilai perdamaian.
- Program pendidikan budaya dan spiritual, baik dalam bentuk seminar, workshop, atau pertukaran pembelajaran lintas komunitas.
Langkah-langkah ini bukan hanya memperkuat relasi dua komunitas, tetapi juga akan memperkaya khazanah keberagaman di Taiwan sebagai laboratorium kebhinekaan dunia.
Penutup: Menyemai Cinta dalam Keberagaman
Akhir kata, atas nama keluarga besar PCINU Taiwan, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas sambutan penuh keramahan dan kehangatan dari Komunitas Maitreya Hsinchu. Semoga persaudaraan yang terjalin hari ini tidak hanya berhenti pada pertemuan simbolik, tetapi tumbuh menjadi jaringan solidaritas yang kuat dalam mewujudkan dunia yang lebih adil, damai, dan penuh cinta kasih.
Mari kita terus rawat ruang-ruang dialog, saling belajar satu sama lain, dan menghadirkan kebaikan universal dalam setiap tindakan kecil kita.
Sebagaimana Gus Dur pernah berpesan:
“Tuhan tidak perlu dibela. Yang perlu dibela adalah mereka yang diperlakukan tidak adil atas nama Tuhan.”
Dari Taiwan, kita suarakan pesan damai untuk dunia.
Dari Hsinchu, kita perkuat tekad untuk hidup bersama dalam cinta dan kemanusiaan.